Mataram NTB - Sedikitnya 50 orang mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi terlibat dalam simulasi penanggulangan bencana yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Hj. Niken Saptarini Widyawati, yang pada kegiatan simulasi tersebut didaulat sebagai incident commander mengatakan, "populasi perempuan dengan 51 persen dari jumlah penduduk layak dibekali kemampuan menanggulangi bencana. Setidaknya bagi keluarga dan orang terdekat jika terjadi bencana.” Hal tersebut disampaikannya saat membuka kegiatan simulasi di lapangan kantor BPBD Provinsi NTB, Jalan Lingkar Selatan, Kamis (01/04).
Dikatakannya, sebagai daerah dengan potensi bencana yang bisa datang setiap saat, kaum perempuan harus dibekali dengan keterampilan dasar penyelamatan dan penanggulangan jika terjadi bencana.
TP PKK yang berbasis keluarga secara nasional juga memiliki program Keluarga Tanggap dan Tangguh Bencana yang diharapkan menjadi agen penanggulangan yang mengajarkan pengetahuan dasar bencana dan penanggulangannya, sampai dengan membantu petugas jika terjadi bencana.
Oleh karena itu, lanjut Bunda Niken, alumni Wanita Tangguh Bencana BPBD akan dijadikan trainer (pelatih) dalam kegiatan PKK dalam skala yang lebih kecil. Pengetahuan ini, seperti dikatakannya, sangat penting karena potensi perempuan secara fisik dan mental juga sama dengan pria bahkan melebihinya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD, Zainal Abidin mengatakan, simulasi ini adalah sesi praktik dari pelatihan selama dua bulan. Mahasiswi tersebut berasal dari Unram, STIKES Yarsi, Unizar, Poltekkes Mataram dan beberapa komunitas mahasiswi yang konsen kepada penanggulangan bencana maupun mahasiswi yang sedang KKN dan praktek lapangan.
“Pendidikan Wanita Tangguh Bencana ini sebagai upaya memperkuat mitigasi bencana dengan melibatkan masyarakat dan kelompok masyarakat seperti mahasiswa. Dengan pengetahuan dasar itu nantinya bisa membantu masyarakat sekitar jika terjadi darurat bencana atau harus menolong korban dan membantu petugas di lapangan, ” jelas Zainal.
Simulasi dimulai dengan tanda bahaya saat terjadi bencana. Para peserta Wanita Tangguh Bencana ini kemudian dikumpulkan dan diberikan perintah awal oleh Incident Commander untuk SAR (search and rescue) disekitar wilayah bencana. 50 orang mahasiswi kemudian membagi diri dalam dua kelompok yang bertugas menyisir daerah bencana untuk menemukan korban. Sedangkan kelompok lainnya menyiapkan area pertolongan dan peralatan P3K.
Kelompok SAR kemudian berpencar dan memastikan lokasi korban agar dapat dievakuasi. Selama pencarian berlangsung, tugas penting incident commander adalah meneriakkan perintah agar semua orang saling bekerjasama dalam situasi penuh tekanan dan memastikan setiap orang melakukan upaya penyelamatan. Baru kemudian, jika terdapat korban luka maupun lainnya, kelompok pertama yang berhasil mengevakuasi korban menyerahkan penanganan kepada kelompok kedua. Dibagian lain daerah bencana, beberapa Wanita Tangguh Bencana masih meneriakkan aba-aba jika masih terdapat korban yang tertinggal di dalam ruangan-ruangan bangunan kantor BPBD dan menyusuri setiap sudut komplek kantor BPBD.
Di area pertolongan, kelompok kedua yang mendampingi petugas medis dan tenaga lapangan BPBD mulai mengidentifikasi korban. Korban luka ringan langsung diobati dan korban luka parah dibawa ke rumah sakit. Beberapa ambulan dari kabupaten/ kota juga dilibatkan dalam simulasi dan mulai mengangkut korban. Dalam simulasi tersebut, tergambar kecekatan dan keterampilan para Wanita Tangguh Bencana dalam menangani korban yang dilakukan dalam situasi mendekati peristiwa sebenarnya bahkan dalam detail mengatur lalu lintas ambulan dalam kondisi darurat.(Adbravo)